Home » » Tawarkan Metode Penginderaan Jauh untuk Teliti Arkeologi

Tawarkan Metode Penginderaan Jauh untuk Teliti Arkeologi

Written By laso on Saturday 6 September 2014 | 20:30









, SURABAYA - Penelitian lansekap arkeologi biasanya membutuhkan biaya tinggi dan tenaga lapangan banyak karena berkaitan dengan kosmologi yang luas. Padahal penelitian ini mendesak dilakukan mengingat maraknya perubahan tata guna lahan yang mengakibatkan perubahan fungsi kawasan situs-situs bersejarah.Melihat hal ini dua peneliti Universitas Negeri Malang (UM) Blasius Suprapto dan Sonny Wedhanto merumuskan gagasan penggunaan metode penginderaan jauh sebagai alat menentukan fokus obyek penelitian lansekap arkeologi.Menurut Sonny, penggunaan citra satelit ini dapat menghindari kesalahan yang sering dilakukan para arkeolog yakni salah dalam sistematis penggalian situs dan tidak yakin pada dugaan keberadaan lokasi situs.
Sonny dan Blasius telah menggunaan metode penginderaan jauh ini untuk melacak keberadaan Keraton Singosari pada abad XIII-XIV.Di penelitian ini mereka menggabungkan citra penginderaan jauh (Landsat 7 ETM+)  dengan peta rupa bumi, peta geologi serta data-data sekunder  seperti kitab-kitab zaman dahulu."Saya menggunakan Kitab Pararaton  dan Kitab Nagara Kertagama. Kitab ini tidak menunjukkan lokasi keraton secara pasti, hanya digambarkan keraton terletak di lereng gunung,"terang Sonny dalam diskusi Arkeologi yang digelar Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Jatim di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri, Surabaya (Unesa), Sabtu (6/9/2014).Dari hasil penginderaan jauh (Landsat 7 ETM+) dapat dilihat adanya anomali pada sebuah luasan yang dicurigai sebagai lokasi keraton.Hasil ini lalu digali lagi dengan mengikuti kaidah tata ruang pada Kitab Silpa-Sastra dan Manasara. Salah satu petunjuk kitab ini menjelaskan bahwa tanah untuk keraton harus memiliki unsur brahma dan lokasi keraton harus di bawah mata air alami."Ternyata lokasi yang kami curigai memenuhi unsur ini karena di sekitarnya ada mata air,"kata Sonny yang juga pengajar jurusan sipil, Fakultas Teknik, UM.Sementara dari hasil pola sungai disimpulkan bahwa daerah penelitian merupakan hasil rekayasa manusia untuk kepentingan tertentu.Mereka juga membandingkan pola sungai ini dari hasil digitasi peta rupa bumi cetakan tahun 1811 dengan tahun 2000.Dari sini akhirnya ditentukan  zona inti keraton yakni sumber air Ken Dedes, kompleks hunian pembesar kerajaan, Archa Dwarapala, alon-alon, kompleks C Singosari, kompleks C papak, kompleks hunian serta perawat bangunan suci.Sementara untuk interpretasi jalan, pada kitab Silpa--Sastra dan Manasara disebutkan bahwa fungsi jalan sebagai pembagi kawasan keraton dan menunjukkan tingkat kedudukan suatu ruang serta arahnya membujur dari utara ke selatan atau timur ke barat."Dan hal itu ditemukan dalam obyek penelitian,"sebutnya.Kitap Silpa- Sastra dan Manasara juga menerangkan bahwa keraton harus memiliki pintu gerbang dan tembok kota dan hal itu juga ditemukan di lokasi penelitian."Sementara untuk alon-alon memang tidak ditemukan karena menjelang peristiwa G30 S alun-alun telah berubah menjadi pemukiman,"terang alumnus Unesa dan ITS.Hasil penginderaan jauh ini juga membuktikan adanya  kompleks rumah pembesar kerajaan. Ditandai dengan penemuan keramik cina dan keramik lokal dengan simbol kerajaan singasari di lokasi penelitian.Sementara untuk kompleks percandian ditanda banyaknya puing candi di sepanjang sungai, kebun dan halaman rumah penduduk. "Daerah yang diduga pusat keraton sesuai penginderaan jauh ini memang benar-benar pusat keraton singasari pada aban XIII-XIV,"tegas Sonny.Sonny memastikan metode ini jauh lebih murah dan efisien. Hanya dibutuhkan hasil citra satelit yang harganya sekitar Rp 6,5 jura per I scene (180 km x 180 km), peta rumah bumi serta peta-peta.Sementara Blasius mengingatkan agar sebelum melakukan metode penginderaan jauh harus ada dasar teori dan interpretasi arkeologi dahulu. Hal ini untuk menghindari adanya error dalam hasil penelitiannya.




Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Bagikan Berita :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Lensa Berita - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger