![]() |
Rupiah Terus Melemah, Fundamental Ekonomi Diuji |
pelemahan rupiah yang tak kunjung teratasi dinilai merupakan dampak dari lemahnya fundamental ekonomi indonesia.
periode pelemahan rupiah ini pun dinilai sebagai ujian bagi fundamental ekonomi.
"inti utamanya adalah fundamental ekonomi kita sedang diuji.
jadi setelah kenaikan bbm, pelaksanaan program pembangunan dalam apbn serta perbaikan npi (neraca perdagangan indonesia, red) akan menentukan kenaikan rupiah," ujar ekonom lembaga penjamin simpanan (lps), mirza adityaswaranya di hotel mulia, jakarta, selasa (16/7/2013).
mirza berpendapat saat ini ujian terutama ditujukan pada masalah ketergantungan impor, yang dituding sebagai penyebab menggelembungnya defisit npi sepanjang 2012.
pemerintah diuji mendapatkan surplus perdagangan dengan menurunkan impor dan meningkatkan ekspor.
menurut mirza, langkah bank indonesia yang dua kali berturut-turut menaikkan suku bunga acuan (bi rate) merupakan langkah signifikan untuk mendukung kajian soal impor tersebut.
langkah bank indonesia tersebut, ujar dia, signifikan mendukung kajian dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi yang selama ini bergantung pada impor.
"selama ini, kan pembangunan selalu dari impor.
sudah saatnya perekonomian harus dijaga di level yang seharusnya bertumpukan pada ekspor," tegas mirza.
untuk mencapai hal-hal tersebut, salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan terus masuknya investasi asing langsung (foreign direct investment atau fdi) untuk barang modal.
bila fdi membanjir dan itu adalah investasi untuk barang modal, mirza berkeyakinan pertumbuhan ekonomi pun akan terdorong.
"dengan masuknya fdi, maka impor barang modal akan semakin berkurang, dan mengurangi defisit dalam neraca berjalan," jelas mirza.
berdasarkan kurs tengah bank indonesia, rupiah dalam pekan ini masih terus melemah dan menembus level psikologis rp 10.
000 per dollar amerika.
pada perdagangan senin (15/7/2013), kurs rupiah ditutup pada level rp 10.
024 per dollar as.
pada perdagangan selasa (16/7/2013), rupiah terus terperosok dan ditutup pada level rp 10.
036 per dollar as.
pelemahan rupiah ini semula diduga karena dampak perekonomian global dan tak terlepas dari kemungkinan dihentikannya stimulus bank sentral amerika (the fed).
namun ketika gubernur the fed menyatakan bahwa stimulus masih diperlukan untuk ekonomi amerika dan mata uang utama dan asia cenderung menguat terhadap dollar as, rupiah justsru masih terus terpuruk.
tak peduli intervensi bank indonesia sudah menggerus cadangan devisa lebih dari 7 miliar dollar as sepanjang 2013.
editor : palupi annisa auliani
ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
rupiah melemah
berita terkait
pagi ini, rupiah berhasil menguat
rupiah kembali melorot ke level 10.
000
tekanan terhadap rupiah bakal berlanjut
tekanan bertubi untuk rupiah
kena sentimen bernanke, rupiah loyo
ketidakpastian harga bbm bikin rupiah melemah
menkeu: bbm naik, rupiah bakal menguat
topik pilihan:
tragedi tinju nabire
aplikasi ramadhan di gadget
rumah persembunyian bung karno dijual?
gebrakan jokowi-basuki
kasus ponsel terbakar
kontroversi remisi untuk napi
berita pilihan
djoko susilo disebut suka cari kesaktian
sehabis "ngamuk", cincin dan 2 blackberry novi amelia raib
polisi jepang gulung bisnis penyedia psk bertubuh "jumbo"
ini 27 skuat liverpool ke indonesia
ditegur presiden, menteri malah sibuk "tampil" daripada bekerja
terpopuler + indeks
1
yakuza menyerang ekonomi indonesia?
2
akhirnya merpati diputuskan dijual
3
pt di bikin pesawat untuk 3 negara asean
4
ini daftar perusahaan terbesar di indonesia versi fortune
5
inilah 10 perusahaan terbesar di dunia
terbaru + indeks
rupiah terus melemah, fundamental ekonomi diuji
semester i 2013, konsumsi listrik tumbuh 7,2 persen
indonesia jadi "penenggak" terbesar no 6 bir guinness
setelah pecahkan rekor, wall street dibuka mendatar
laporan keuangan ocbc nisp raih penghargaan
var ox_u = 'http://ads4.
kompasads.
com/new2/www/delivery/al.
php?zoneid=90&layerstyle=simple&align=center&valign=top&padding=0&closetime=30&padding=0&shifth=-8&shiftv=40&closebutton=t&nobg=t&noborder=t';
if (document.
context) ox_u += '&context=' + escape(document.
context);
document.
write("");
[x] close
news
ekonomi
bola
tekno
entertainment
otomotif
health
female
travel
properti
foto
video
forum
kompasiana
about
advertise with us
policy
site map
career
contact us
pedoman media siber
©2008 - 2013 pt.
kompas cyber media (kompas gramedia).
all rights reserved.
!function(d,s,id){var js,fjs=d.
getelementsbytagname(s)[0];if(!d.
getelementbyid(id)){js=d.
createelement(s);js.
id=id;js.
src="https://platform.
twitter.
com/widgets.
js";fjs.
parentnode.
insertbefore(js,fjs);}}(document,"script","twitter-wjs");
window.
___gcfg = {
lang: 'id'
};
(function() {
var po = document.
createelement('script'); po.
type = 'text/javascript'; po.
async = true;
po.
src = 'https://apis.
google.
com/js/plusone.
js';
var s = document.
getelementsbytagname('script')[0]; s.
parentnode.
insertbefore(po, s);
})();
//
jquery(document).
ready(function ($) {
$("#putartbox").
kompasartbox({
siteno : "26",
sectionid : "565",
articleid : "1040837",
nameutm : "bisniskeuangan",
nameid : "sartbox",
prevpermalink : "2013/07/17/0250148.
xml"
});
$.
ajax({
type:'get',
url:'http://api.
sharedcount.
com/?url=http://bisniskeuangan.
kompas.
com/read/2013/07/17/0250148/rupiah.
terus.
melemah.
fundamental.
ekonomi.
diuji',
datatype:'json',
beforesend: function(){
$(".
social-fb-count").
html('');
$(".
social-twitter-count").
html('');
},
success:function(result){
//console.
log(result.
facebook.
total_count);
if(result != null || result != undefined || result != '')
{
$(".
social-fb-count").
html(result.
facebook.
total_count);
$(".
social-twitter-count").
html(result.
twitter);
}
else
{
$(".
social-fb-count").
html(0);
$(".
social-twitter-count").
html(0);
}
}
});
});
$(function() {
$("a.
fn_register").
fancybox ({
'width' : 700
, 'height' : 550
, 'autoscale' : true
, 'transitionin' : 'over'
, 'transitionout' : 'over'
, 'type' : 'iframe'
, 'titleshow' : false
, 'shownavarrows' : false
});
$('a.
fn_login').
fancybox({
'autoscale': true
, 'transitionin': 'over'
, 'transitionout': 'over'
, 'type': 'iframe'
, 'width': 330
, 'height': 300
, 'titleshow' : false
, 'shownavarrows' : false
});
});
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.
push(['a.
_setaccount', 'ua-3374285-20']);
_gaq.
push(['a.
_trackpageview']);
_gaq.
push(['a.
_trackpageloadtime']);
_gaq.
push(['b.
_setaccount', 'ua-3374285-1']);
_gaq.
push(['b.
_trackpageview']);
_gaq.
push(['b.
_trackpageloadtime']);
_gaq.
push(['d.
_setaccount', 'ua-9341640-16']);
_gaq.
push(['d.
_setdomainname', 'auto']);
_gaq.
push(['d.
_setallowlinker', true]);
_gaq.
push(['d.
_trackpageview']);
_gaq.
push(['d.
_trackpageloadtime']);
_gaq.
push(['c.
_setaccount', 'ua-3374285-9']);
_gaq.
push(['c.
_trackpageview']);
_gaq.
push(['c.
_trackpageloadtime']);
(function() {
var ga = document.
createelement('script'); ga.
type = 'text/javascript'; ga.
async = true;
ga.
src = ('https:' == document.
location.
protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.
google-analytics.
com/ga.
js';
var s = document.
getelementsbytagname('script')[0]; s.
parentnode.
insertbefore(ga, s);
})();
sumber: www[dot]kompas[dot]com
Post a Comment