Home » » Jatim Menolak BOS Dipakai Fotokopi Buku

Jatim Menolak BOS Dipakai Fotokopi Buku

Written By laso on Tuesday, 26 August 2014 | 03:00









, SURABAYA –Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  (Kemendikbud) memanggil seluruh kepala dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota  terkait pengadaan buku kurikulum 2013 Selasa besok (26/8/2014).  Informasi yang diterima , pertemuan ini akan membahas langkah-langkah stategis untuk mengatasi masalah distribusi buku serta rencana pengadaan di semester dua.Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Harun membenarkan adanya panggilan tersebut. “Besok rapatnya mulai pukul 07.00 WIB,”terang Harun saat ditemui di kantornya, Senin (25/8/2014).Harun sudah berancang-ancang menyuarakan masalah yang dialami jatim di depan wakil menteri pendidikan dan kebudayaan (wamendikbud) yang akan memimpin rapat tersebut. Diantaranya terkait kekhawatiran belum terdistribusinya buku hingga September 2014 mendatang.Menurut Harun, jika buku-buku kurikulum 2014 ini belum tuntas sampai September 2014, maka pihaknya mendesak kemendikbud untuk mengeluarkan kebijakan baru, terutama untuk sekolah dasar (SD).Kebijakan sebelumnya yang membolehkan sekolah memfotokopi materi tema 1 dari compact disk (CD) dengan dana bantuan operational sekolah (BOS) menurut Harun  tidak bisa diterapkan lagi. “Kalau dana BOS dipakai untuk fotokopi lagi bisa ludes dananya. Padahal dana ini kan untuk operasional sekolah seperti pengadaan alat-alat tulis dan kegiatan lain,”katanya.Bagaimana dengan dana dekonsentrasi  khusus pembelian buku yang sudah ada di tangan sekolah? Menurut Harun, dana itupun tidak  bisa dipakai untuk fotokopi. “Dana dekonsentrasi itu khusus buku, tidak boleh untuk fotokopi atau lainnya. Itu bisa melanggar ketentuan,”katanya.Menurut Harun, cara satu-satunya untuk mengatasi hal ini, kemendikbud harus turun tangan mengatur distribusi buku sehingga sebelum September 2014 paling tidak ada tema 2 yang sudah diterima semua sekolah.“Jangan ada lagi buku-buku yang dijual di pasaran seperti yang sudah diberitakan itu,”tegasnya.Semester dua, Harun dan seluruh kepala dinas pendidikan se jatim untuk menyerahkan pengadaan buku ke pusat. Ini sama dengan tahun 2013 silam dimana kurikulum 2013 baru diberlakuakn terbatas di sejumlah sekolah.“Kalau sekarang terlalu banyak yang dilibatkan malah membuat makin ruwet. Memang uang diserahkan ke sekolah, tetapi bukunya tidak ada ya sama saja. Lebih baik diserahkan ke pusat semua, sekolah tinggal dapat bukunya,”tegasnya.Bagaimana dengan dana DAK untuk pengadaan buku semester dua yang sudah diterima di kabupaten/kota? Harun belum tahu apakah dana itu akan ditarik lagi ke pusat atau ada mekanisme lainnya. “Intinya silahkan pusat melakukan pengadaannya, kami tinggal terima saja,”tegasnya.Proses distribusi buku kurikulum 2013 di jatim amburadul. Masih ada daerah-daerah yang belum terdistribusi buku seperti Bojonegoro, Lamongan, Jombang, Tuban, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, hingga Sumenep.Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Bojonegoro, Husnul Khuluq mengungkapkan selama proses belajar mengajar untuk bulan Agustus ini, sekolah memfotokopi tema pertama dari CD. Dia khawatir jika September buku belum datang, maka dana BOS untuk fotokopi ini akan terkuras. “BOS-nya nanti habis untuk dipakai fotokopi. Sementara saat buku tiba ketika temanya berakhir, kan tidak bisa dipakai karena sudah selesai,” ungkapnya.Dalam pertemuan dengan Dindik Jatim belum lama ini Husnul meminta ketegasan pengiriman buku ke wilayahnya. “Kami minta ketegasan, yang belum terima kapan dikirim. Terus, percetakan yang tidak bisa mengirim itu seperti apa? Apa di take over dengan perusahaan lain? Kalau iya, harus ada legal formalnya,” tegasnya.Menurut dia, dari Pustekkom memang diberikan jalan keluar. Sekolah bisa men­gunduh buku di website www.belajar.kemdikbud.go.id. Namun, lanjut Husnul, kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan jaringan di desa-desa belum memadai. Apalagi, tidak semua siswa di desa memahami Informasi dan Teknologi (IT). Berbeda dengan yang di kota.“Proses pembelajaran model IT masih belum familier dengan sebagian siswa-siswa kita. Mereka masih terbiasa menggunakan kertas. Ini budaya, kalau ke IT butuh waktu belajar kembali. Tapi, itu gagasan bagus,” kata dia.





Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Bagikan Berita :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Lensa Berita - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger