Home » » Berjualan di Penampungan, Pedagang Pasar Turi Mengaku Omzetnya Turun

Berjualan di Penampungan, Pedagang Pasar Turi Mengaku Omzetnya Turun

Written By laso on Tuesday, 2 September 2014 | 01:15









, SURABAYA – Hj Djuariah sibuk memilih-milih kerupuk puli di toko klontong langganannya di penampungan Pasar Turi, Senin (1/9/2014). Selain untuk konsumsi sendiri, kerupuk-kerupuk ini nantinya juga akan dijual kembali ketika selesai digoreng.Toko klontong yang didatangi warga Demak ini merupakan toko langganannya sejak bertahun-tahun lalu. Bahkan, ketika toko milik Yuri ini masih berada di Pasar Turi dalam, Djuariah yang berasal dari Banjarmasin ini sudah berbelanja di sana.“Untung saja saya bisa ketemu si Yuri ini waktu pindah di penampungan. Sudah cocok di sini, agak malas juga kalau belanja sampai ke Dupak. Mending di sini,” kata Djuariah kepada online.Si pemilik toko, Yuri, mengaku banyak kehilangan pelanggan setianya sejak menempati penampungan Pasar Turi setahun lebih. Hilangnya para pelanggannya, otomatis membuat omset penjualan menurun. Yuri megatakan kehilangan pemasukan sampai 50 persen lebih saat berjualan di penampungan.“Sehari kisaran Rp 1 juta -  Rp 2 juta. Kalau dulu waktu masih di dalam (Pasar Turi), saya sehari bisa sampai Rp 5 juta. Di sini (penampungan) sepi pembeli,” tandas Yuri.Yuri dan pedagang Pasar Turi yang lain sama-sama ingin segera pindah dari tempat penampungan. Selain menginginkan kembali ramai pembeli, menurut Yuri tempat kios di dalam Pasar Turi lebih luas.Kios Yuri di penampungan hanya 1x3 meter. Sementara ketika di dalam Pasar Turi, Yuri luas bedak kiosnya sekita 3x2 meter. Itupun Yuri memiliki tiga bedak, di mana dua di antaranyadiperoleh dengan cara menyewa milik rekannya sesama penjual yang sudah sepuh.Barang dagangannya sampai tumpah-ruah ke batas pijakan antara toko dan jalanan pasar. Ruang gerak Yuri hamper tak ada sehingga sering kali harus memutar keluar toko untuk mengambil barang-barang dagangannya.“Di sini saya kesulitan bongkar muat dagangan. Bahkan sekarang rumah saya juga jadi gudang. Kalau di dalam ukurannya lebih luas, jadi enak melayani pembeli,” ujarnya.Penampungan yang ditempati Yuri dan pedagang yang lain sejatinya terdiri dari dua lantai. Namun, lantai dua penampungan ini tak terpakai sama sekali. Yuri menerangkan, bangunan pasar yang dari kayu, sangat rentan ambrol jika ditempati.“Saya dan pedagang yang lain sebagai orang kecil inginnya sederhana, segera masuk ke dalam pasar. Itu saja,” ucapnya.Keluhan Yuri sama seperti Fadli, penjual jasa parut kelapa. Fadli yang saat ditemui online sedang beres-beres akan tutup ini menuturkan berdagang di penampungan sangat susah. Fadli mengaku pernah dalam sehari hanya ada dua orang saja yang memakai jasanya memarut kelapa.“Saya dulu dagang di bawahnya Ramayana. Di sana ramai sekali. Tidak dengan di sini. Pemasukan saja hanya pas untuk makan saja, tidak ada lebihnya,” tandas Fadli.





Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Bagikan Berita :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Lensa Berita - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger