![]() |
Dimainkan PG Tjoekir, Petani Tebu Jombang Mengeluh Rugi |
, JOMBANG-Para petani tebu di Kabupaten Jombang, yang menggilingkan tebunya di PG Tjoekir, Jombang, mengeluhkan sejumlah persoalan yang membuat petani merugi. Mereka merasa dimainkan PG Tjoekir.Di antaranya, rendemen tebu yang digiling hanya mencapai 6 hingga 7 persen saja. Padahal jika melihat musim yang mendukung tanaman tebu, serta guna mendapat keuntungan dari tanaman tebu, rendemen minimal 8 persen.Ahmad Ishaq, petani tebu Desa Krembangan, Kecamatan Gudo, mengaku sangat rugi dengan kondisi tebu sekarang. Ishaq mengatakan, selain rendemen gulanya rendah, petani saat ini juga kesulitan untuk mendapatan surat perintah tebang angkut (SPTA) dari PG Tjoekir.“Dengan sulitnya kami mendapatkan SPTA, tebu kami jadi terlambat ditebang atau minimal molor. Kalau sudah begitu, banyak tebu menjadi mati dan kering. Ini memperparah kerugian kami,“ keluhnya, Senin (15/9/2014).Ahmad Ishaq yang memiliki lahan tebu 6 hektare ini menjelaskan, di samping rendahnya rendemen dan sulitnya mendapatkan SPTA, petani tebu PG Tjoekir juga direpotkan dengan keluarnya DO (delivery order) penjualan gula.Kalau sebelumnya DO keluar sekitar 14 hari setelah tebu digiling, kini DO baru keluar setelah sebulan, bahkan lebih. “Lambatnya pengeluaran DO ini juga sangat merepotkan petani. Sebab, dari DO itulah uang tebu kami putar untuk biaya tebang angkut berikutnya,“ keluh Ishaq.Zuli, petani tebu lainnya, menambahkan, petani tebu saat ini juga mengeluhkan rendahnya harga penjualan gula. Saat ini, harga jual gula di tingkat petani hanya Rp 8.250. “Padahal, petani bisa mencapai keuntungan, jika harga gula minimal sebesar Rp 9.500 per kilo gram,“ ujar Zuli.Dengan kecilnya rendemen, susahnya mencapatkan SPTA serta lambannya pengeluaran DO, baik Ishaq ataupun Zuli berharap managemen PG Tjoekir segera memperbaiki kinerjanya.“Sebab, jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, petani akan terus menderita kerugian. Ujung-ujungnya bisa saja kami musim depan tidak berani menanam tebu. Kalau sudah begitu, nanti PG sendiri yang rugi karena kesulitan bahan baku,” kata Zuli.Administratur PG Tjoekir, Adi Baskoro, belum berhasil. Saat didatangi di kantornya, yang bersangkutan tidak ada di tempat. “Pak Adm pergi ke Kediri,“ ujar Siswiyono, satpam PG Tjoekir.Saat coba dihubungi melalui sambungan telepon seluler, yang bersangkutan tidak merespon, meskipun terdengar nada sambung. Begitu juga saat nomor ponselnya dikirimi pesan singkat (SMS), juga tidak ada balasan.
Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Post a Comment