![]() |
Kekeringan, Warga Ngluruk Dewan |
, BLITAR - Sebanyak 250 warga Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, berdemo ke gedung DPRD setempat, Rabu (10/9/2014) siang, menyusul kekeringan melanda desanya. Mereka menuding penyebabnya kekeringan itu karena hutan di dalam perkebunan telah ditebang dan diganti dengan tanaman tebu.Pendemo datang dengan menumpang lima truk, dua mobil pikc-up dan puluhan sepeda motor. Tiba di gedung dewan, mereka dihadang petugas sehingga berorasi sambil membentang poster di depan gedung dewan.Supriadi (35), perwakilan pendemo dalam orasi mengatakan, sudah tiga tahun ini sebanyak 350 KK di Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, kekurangan air bersih. Sebab, tiap musim kemarau, sumur warga mengering. "Untuk sekadar buat minum saja, kami bingung mencari air, termasuk buat kebutuhan dapur. Terpaksa, kami memaafatkan air seadanya," katanya.Pemyebab kekeringan ini, menurutnya, karena sejumlah mata air di lahan Perkebunan Jurang Banteng, yang ada di desanya sejak tiga tahun ini mengering. Itu karena lahan perkebunan seluas 358 hektare (ha) telah dialihfungsikan. Dulu, di lahan itu masih berupa hutan lebat dengan banyak pohon besar, seperti mahoni, sengon, dll. Namun, sejak tahun 2006 lalu, pohon besar itu ditebangi dan diganti dengan tanaman tebu dan ketela. "Kalau dulu, saat pohon-pohon besar masih lebat di perkebunan itu, kami nggak pernah kekurangan air. Imbas lainnya, kini hewan peliharaan warga juga kelaparan karena sulitnya mencari rumput," paparnya.Akhirnya, pendemo ditemui anggota dewan, seperti Marhainis Urip Widodo, Endar Suparno, dan Wasis Kunto Atmojo. Di depan wakil rakyat itu, pendemo minta agar dewan menutut pertanggujawaban pada pihak perkebunan, yang telah mengalihfungsikan lahannya. Termasuk, apakah itu sesuai dengan HGU-nya?"Kami berjanji akan sidak ke perkebunan. Termasuk, soal izin keperuntukkan pengalihfungsian tanaman tersebut, apakah sudah sesuai izin ke dinas kehutanan dan perkebunan," kata Marhainis.Wita Tri Wardani, Kabid Bina Usaha Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Blitar, mengatakan, kalau kekurangan air di desa itu bukan karena tanaman besar di lahan perkebunan itu ditebangi. "Memang desa itu merupakan tadah hujan sehingga tiap musim kemarau pasti kekurangan air," ujarnya.
Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Post a Comment