![]() |
Siswa SMAK St Louis Ini Raih Medali Emas Berkat Tali Lakban |
, SURABAYA - Sekali berlaga di luar negeri, Sebastian Kenny, Nikolas Eko Ratmoko, dan Andy Mark Tamerlan langsung menyabet medali emas di pentas The 9th Standards Olympiad. Yang juga spesial, Indonesia baru pertama kali ikut dalam olimpiade internasional yang melombakan standarisasi mutu terhadap bidang-bidang tertentu ini. “Prestasi ini memang kejutan buat kami. Kami sama sekali tidak menyangka karena tema yang disodorkan panitia justru yang sebetulnya kami tidak siap,” papar Kenny kepada , Sabtu (6/9). Standar mutu di Indonesia memang belum jadi perhatian khusus. Selama ini bidang yang sering diikuti hanya pada kategori umum, macam Kimia, Fisika, atau Matematika. Karena itu, Tim Kenny tidak dapat informasi pembanding mengenai kegiatan olimpiade yang diselenggarakan di Korea Selatan pada 10-14 Agustus 2014 ini. “Kami sempat bingung apa yang harus kami lakukan di sana ketika kami ditunjuk untuk mewakili Indonesia di kejuaraan tersebut,” cetus Nikolas menambahkan. Namun, berkat dorongan semangat dari FX Novan Ali selaku guru pembimbing, Kenny, Nikolas, dan Andy pun bertekad bulat ikut berlaga. Selain tim dari SMAK St Louis, tim lain yang ditunjuk mewakili Indonesia adalah siswa dari SMAK Petra Surabaya yang akhirnya meraih medali perak di pentas yang sama. Tim dari SMAK St Louis Surabaya dan SMAK Petra Surabaya ini memenangi Industrial Game yang diselenggarakan Universitas Surabaya (Ubaya) tahun 2012. Pihak dari Ubaya inilah yang kemudian mengusulkan ke panitia pusat agar kedua tim tersebut mewakili Indonesia di The 9th Standards Olympiad. Mereka diberi tugas untuk menstandarkan intensitas air. Dengan alat yang mereka ciptakan itu, diharapkan bisa mengurangi pemborosan penggunaan air untuk rumah tangga. Untuk menyelesaikan tugasnya mereka hanya dibekali stereofoam, slang, baskom, karet, pegas, isolasi, spidol, dan air. Dan hanya dalam waktu delapan jam mereka harus sudah menyelesaikan pekerjaannya. “Kami dilarang memakai alat di luar yang sudah disediakan panitia. Akibatnya kami terpaksa merekayasa bahan-bahan yang tersedia. Seperti misalnya bikin tali yang tidak disiapkan panitia, kami buat dari lakban yang kami potong-potong disambung sehingga bisa bermanfaat sebagai tali,” papar Kenny yang siswa kelas XII IA4. Menurut Kenny, dari waktu 8 jam yang tersedia, tiga jam digunakan untuk diskusi. Sisanya mereka manfaatkan secara maksimal untuk menyelesaikan pekerjaannya. Berkat ilmu yang mereka kuasai, mereka akhirnya bisa menuntaskan tugas dengan sangat baik. Pasalnya, dari tiga level yang ditargetkan panitia, tim SMAK St Louis Surabaya ini mampu membuat 29 level. “Dengan alat buatan kami ini pemborosan air bisa dikurangi karena air keluar sesuai yang diinginkan dengan cara menetapkan pada level-level tertentu,” ucap Kenny. Cowok kelahiran Surabaya, 2 Juni 1997 ini lalu menyontohkan,”Ketika masak sup misalnya butuh air 500 ml. Dengan menetapkan di level yang diinginkan air yang keluar sudah sesuai kebutuhan. Tidak perlu lagi ditakar pakai gelas ukuran,” kata Kenny yang juga Ketua OSIS SMAK St Louis Surabaya. Rasa bangga dan bahagia membuncah ketika panitia menetapkan karya mereka dapat nilai terbaik dalam kegiatan yang diikuti 22 sekolah setingkat SMA dan 33 sekolah tingkat SMP dari Korea, Indonesia, dan Malaysia itu. “Ini untuk pertama kalinya merah putih berkibar di Standards Olympiad,” pungkas Andy.
Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Post a Comment