![]() |
Warga Nglebur Gantikan Elpiji dengan Ampas Tahu |
, LAMONGAN – Rencana pemerintah menaikan harga elpiji taung 12 kg dan terkadang ditambah kelangkaan gas subsidi ukuran 3 kilogram, membuat warga resah. Tapi kondisi tidak dirasakan warga Desa Nglebur Kecamatan Kedungpring Lamongan.Warga Nglebur ini harus putar otak dan mulai berinovasi. Salah satunya menciptakan energi biogas dari ampas tahu. Gas metana yang dihasilkan juga dapat mengurangi dampak efek rumah kaca di lingkungan warga sekitar.Banyak pabrik tahu skala rumah tangga hingga pabrik tahu skala besar di Indonesia/ tidak memiliki proses pengolahan limbah cair. Bahkan para pemilik pabrik tahu ini enggan mengolah limbah cairnya. Namun tidak demikian dengan warga Nglebur, limbah cair pabrik tahu yang memiliki kandungan senyawa organik tinggi yang memiliki potensi diolah untuk menghasilkan biogas melalui proses anaerobik.Warga Kedungpring yang kebanyakan berprofesi sebagai perajin tahu sudah menggunakan energi alternatif dengan memanfaatkan limbah tahu. Mereka mengembangkan teknologi tepat guna pengolahan limbah tahu menjadi energi biogas.Unit pengolah limbah cair tahu ini terdiri dari unit utama yang disebut digester, jaringan pipa pengumpul limbah, trickling filter, jaringan sisa limbah hasil olahan, kolam penampung air hasil proses, dan penampung gas.Cara pengelolaan limbah tahu ini sangat sederhana. Limbah cair tahu yang diperoleh dari pabrik tahu, langsung dialirkan melalui selokan yang ditampung di sebuah bak kontrol atau filter. Bak kontrol tersebut berfungsi sebagai penyaring ampas yang berasl dari pengepresan limbah tahu.Dari bak kontrol inilah limbah tahu masuk ke bak penampungan digester bak penampungan akan dialiri limbah secara terus menerus hingga menjadi luber yang dialirkan ke bak peluap. Sementara biogas yang dihasilan dialirkan melalui pipa paralon ke dapur rumah warga dan disambungkan ke tungku perapian, awal pembuatan biogas ini dapat digunakan setelah dua sampai tiga minggu pengisian.Pembuatan biogas limbah tahu ini berawal dari protes warga setempat, terkait bau menyengat limbah dari pabrik tahu yang berdekatan dengan permukiman penduduk. Selain itu juga dikarenakan faktor semakin mahalnya harga elpiji kemasan 12 kilogram dan 3 kilogram.Berkat saran dari Badan Lingkungan Hidup (BLH), Slamet Wahyudi yang juga sebagai Kepala Dusun Nglebur akhirnya dapat memanfaatkan limbah tahu menjadi energi alternatif biogas.“Warga merasa sangat terbantu dengan biogas dari ampas tahu”ungkap Slamet.Biogas dari ampas tahu menghasilkan api yang lebih biru kini sudah dinikmati 31 kepala keluarga dusun setempat. Meski dengan keterbatasan alat dan biaya, energi alternatif biogas sudah mejadi tumpuan warga setempat sejak tiga tahun terkahir. Setiap kepala keluarga, hanya dikenai biaya perawatan sebesar lima ribu rupiah per bulan.“Memakai biogas karena harga murah dan tidak takut meledak,”ungkap Sumarlik warga setempat.Manfaat dari biogas yang terbuat dari ampas tahu dapat mengurangi dampak pemanasan global serta mengurangi volume limbah dilingkungan dan menjadi gas alternatif menggantikan elpiji yang biasa digunakan untuk masak.Sayangnya, pengembangan energi alternatif biogas limbah tahu tidak ada dorongan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Padahal energi biogas ini sangat murah bagi masyarakat yang memanfaatkan. Kini warga Nglebur sudah tidak lagi dipusingkan dan terpengaruh dengan kekosongan stok elpiji yang langka di pasaran.
Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Post a Comment