Home » » Lima Dewa Berputar, Tanda Kekuatan untuk Menjaga Warga Pandegiling

Lima Dewa Berputar, Tanda Kekuatan untuk Menjaga Warga Pandegiling

Written By laso on Monday, 22 September 2014 | 03:45









, SURABAYA – Matahari belum terlalu menyengat ketika ratusan jemaat Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Hong San Koo Tee (Klenteng Cokro) bersiap melakukan ritual Kirab Akbar Sedekah Bumi, Minggu (21/9/2014). Sejak dini hari, para jemaat yang berjumlah 300-an orang ini menyiapkan ritual untuk membuang bala yang dilakukan tiap tahunnya ini.Upacara ini didahului dengan menghias tenda. Ada lima tenda yang dihias dengan bunga-bunga dan bendera.Kelima tenda ini diperuntukan bagi kongco (Dewa Utama) klenteng (Kong Tik Tjoen Ong atau Raja Mulia yang Memberikan Berkah Kaum Perantauan, Hok Tiek Jeng SIen atau Dewa Bumi, Thian Kong atau Dewa Tian, Kwan Kong atau Jenderal Legendaris Kisah Tiga Kerajaan, dan Eyang Putri Dewi Sri) yang berada di Jalan Cokroaminoto 12, Pandegiling, Surabaya.Kelima Dewa tersebut mengunjungi warga di kawasan sekitar klenteng dan mengamankan mereka dari segala karma buruk yang mendera.Seorang jemaat, Juliana (60), sangat antusias mengikuti kirab akbar ini. Menurutnya, karomah dan aura positf untuk menjaga kawasan Pandegiling dari karma buruk.“Kelima Dewa ini turun ke jalan dan menjumpai para penduduk untuk memberikan keberkahan,” kata Juliana.Sekitar pukul 09.00 WIB, para Dewa yang berada di altar mulai dipindahkan ke tenda masing-masing. Tiap tenda Dewa memiliki bentuk yang beragam, tergantung tingkatan Dewa-Dewa tersebut. Yang paling mewah diberikan untuk Dewa Kong Tik Tjoen Ong yang merupakan pelindung serta pemberi rezeki bagi orang-orang China yang merantau jauh ke negeri orang.Bentuk tendanya menyerupai struktur megah istana dinasti-dinasti China. Pilar-pilarnya berlapis emas dikombinasikan warna merah yang mendominasi.Terdapat atap tinggi sebagai bentuk pnghargaan warga jemaat klenteng ini kepada Kong Tik Tjoen Ong. Di empat ujung tenda terdapat empat bendera naga yang menjaga empat arah mata angin.Tiap orang ingin memanggu tenda ini, tak terkecuali Juliana. Meski usianya sudah sepuh, Juliana akhirnya bisa melakukan persembahannya, memanggul tenda Kong Tik Tjoen Ong.“Bisa memanggul tenda niscaya bisa memberikan keberkahan,” sambung Juliana yang juga Humas Klenteng Cokro ini.Sekitar 09.30 WIB, rombongan Dewa ini mulai keliling melewati Jalan Raya Darmo, Jalan Pandegiling, Jalan Anwari, Jalan RA Kartini, dan kembali ke klenteng.Tiap menemui perempatan, tiba-tiba tenda menjadi berat. Orang-orang yang membopongnya terhuyung ke kiri dan berputar. Tenda-tenda Dewa tersebut berputar beberapa kali.Juliana menerangkan berputarnya tenda-tenda ini bukan direkayasa para pemanggulnya. Hal itu merupakan bentuk jawaban para Dewa yang sudah memberikan kekuatannya untuk mejaga batas-batas kawasan Pandegiling dan sekitarnya.“Saya waktu masih muda dulu juga pernah mengira berputarnya itu bohongan. Tapi pas saya coba angkat sendiri, ternyata bukan. Ada semacam kekuatan dorongan yang berat ke kiri dan berputar. Kalau ditahan malah bisa terpental dan bahu cedera,” ungkapnya.Acara kirab ini juga sekaligus mendoakan para arwah leluhur orang-orang China di perantuan, serta yang meninggal namun tak diketahui rimbanya. Usai arak-arakan, para Dewa dikembalikan ke altarnya masing-masing.“Rupang (patung) para Dewa memancarkan aura positif yang menghangatkan usai diarak. Semoga saja ini memberikan kebaikan positif bagi semua orang, terutama warga Pandegiling,” ujarnya.




Penulis: Irwan Syairwan

Editor: Parmin






Tweet

Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Bagikan Berita :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Lensa Berita - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger