, KEDIRI-Berkurangnya jatah surat perintah (SP) tebang angkut tebu di PG Pesantren Baru mulai berimbas negatif kepada petani tebu Kediri. Masalahnya warga yang tidak sabar menunggu antrean tanamannya ditebang ada yang nekat membakar lahannya."Sudah bukan rahasia lagi kalau kebakaran tebu yang terjadi akhir-akhir ini ada unsur kesengajaan. Pemilik tanah yang lahannya disewa ada yang sengaja membakar tanaman tebunya," ungkap NO, salah satu petani pemasok tebu di PG Pesantren kepada , Rabu (10/9/2014).Diungkapkan, kasus pembakaran tebu ini banyak menimpa petani tebu yang menyewa lahan. Masalahnya akhir September ini banyak masa sewa lahan yang telah berakhir, namun tanaman tebu tidak kunjung ditebang karena antrean mendapatkan SP dari pihak PG."Kasus pembakaran tanaman tebu ini sudah terjadi beberapa kali. Korbannya saya sendiri dan sejumlah teman kami yang menyewa lahan kepada masyarakat. Karena tidak kunjung ditebang, ada yang sengaja membakar supaya segera ditebang," ungkap petani dari Kecamatan Wates.Karena setelah tanaman tebu terbakar, pihak penyewa lahan terpaksa memotong tanamannya. Padahal saat menebang masih belum memiliki SP dari PG sehingga tanaman tebu yang terbakar ini dipastikan harganya bakal anjlok karena mengering.Petani sendiri mengaku khawatir tanaman tebunya tidak bakal tertampung pihak PG menyusul terjadinya pengurangan jatah SP yang diterimanya. "SP saya berkurang sekitar 40 persen, dalam kontrak saya dapat 100 rit, tapi kenyataannya tinggal 60 rit," jelasnya.SP tersebut oleh pihak PG diduga telah dialihkan kepada petani tebu dari Blitar dan Malang. Masalahnya rata-rata setiap hari ada sekitar 100 truk tebu asal Blitar dan Malang yang memasok ke PG Pesantren.Perwakilan petani tebu asal Kediri telah menyampaikan tuntutannya kepada manajemen PG Pesantren untuk menghentikan atau mengurangi kiriman tebu dari Blitar dan Malang. "Terakhir kami menawarkan supaya kiriman dari Blitar dan Malang dibatasi cukup 50 rit saja sehari," tambahnya.Hanya saja pihak PG Pesantren tetap beralasan khawatir kuota giling tahun ini tidak memenuhi target jika menghentikan kiriman tebu dari luar Kediri. Sehingga solusinya mendatangkan tebu dari Blitar dan Malang. Warno, salah satu petani tebu Kediri berharap pihak PG Pesantren tetap memprioritaskan tabu asal Kediri. Masalahnya banyak tanaman tebu yang saat ini sudah waktunya dipanen terlambat ditebang karena tidak mendapatkan jatah SP tebang angkut.Diberitakan sebelumnya, puluhan petani dan sopir truk angkutan tebu memprotes membanjirnya kiriman tebu dari luar Kediri. Implikasi dari masalah ini banyak tanaman tebu petani di Kediri yang terlambat ditebang. Para petani menuntut tebu dari luar dihentikan selama petani di Kediri masih mampu memenuhi targetnya. Sementara pihak PG Pesantren Baru berjanji memberikan penjelasan terkait masalah ini setelah menemui perwakilan petani.
Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Post a Comment